Inventory management mempunyai
tujuan untuk mengadakan material dengan jumlah yang tepat, pada waktu
yang tepat, dan dengan harga yang sangat rendah. Inventory cost
merupakan hasil dari proses pengaturan kebutuhan material dari sebuah
sistem perusahaan. Inventory merupakan sebuah waste/pemborosan yang
sebisa mungkin harus ditekan dan dikurangi. Untuk dapat mendapatakan
tujuan dari pengaturan inventory seorang material planner harus paham
dengan biaya-biaya yang ditimbulkan dari inventory action.
Apa saja sech biaya-biaya yang
ditimbulkan dari sistem inventori? Mudahnya dapat diilustrasikan sebagai
berikut, Tini mempunyai sebuah toko kelontong, yang menjual kebutuhan
sehari-hari. Ketika lebaran si Tini mempunyai persedian Gula 1 Ton,
karena permintaan yang tinggi akhirnya si Tini memutuskan untuk membeli
lagi 2 ton.
Harga untuk membeli gula 1 ton sebesar 1,5 juta, dimana harga gula 1 ton 1 juta dan 500ribu untuk biaya order yang meliputi Inspeksi, pengepakan dan biaya administrasi. Nach 1 juta itu biasanya dalam dunia inventory management disebut PURCHASE COST. Sedangkan 500ribu biasanya disebut dengan ORDER COST atau SETUP COST. Ketika gula sudah nyampe di tokonya si Tini, pastinya si tini menyediakan tempat untuk menyimpan gula tersebut, taruhlah gula disimpan digudangnya milik Si Tono. Untuk menyimpan tersebut si Tini dikenakan biaya penyimpanan dan perawatan gula tersebut agar tetap baik kondisinya sebesar 100 ribu setiap bulan. Nach, 100ribu per bulan biasanya disebut dengan HOLDING COST. Pas Hari Raya ternyata si Tini mendapatkan pesanan dari konsumen totalnya 4 Ton Gula, Kondisinya si Tini hanya punya 3 ton, 1 Ton on hand, di tokonya si Tini siap dijual, 2 Ton di Gudangnya si Tono. Karena bisa gak bisa gula harus diberikan ke konsumen makanya si Tini membeli lagi 1 ton dengan duit 1,5 juta atau gak si tini akan kehilangan kesempatan menjual 1 ton lebih dari rencana awal yang hanya 3 ton. nach biaya yang keluar akibat kekurangan stock sebesar 1,5 juta tersebut disebut dengan STOCKOUT COST. begitu ilustrasinya.
Harga untuk membeli gula 1 ton sebesar 1,5 juta, dimana harga gula 1 ton 1 juta dan 500ribu untuk biaya order yang meliputi Inspeksi, pengepakan dan biaya administrasi. Nach 1 juta itu biasanya dalam dunia inventory management disebut PURCHASE COST. Sedangkan 500ribu biasanya disebut dengan ORDER COST atau SETUP COST. Ketika gula sudah nyampe di tokonya si Tini, pastinya si tini menyediakan tempat untuk menyimpan gula tersebut, taruhlah gula disimpan digudangnya milik Si Tono. Untuk menyimpan tersebut si Tini dikenakan biaya penyimpanan dan perawatan gula tersebut agar tetap baik kondisinya sebesar 100 ribu setiap bulan. Nach, 100ribu per bulan biasanya disebut dengan HOLDING COST. Pas Hari Raya ternyata si Tini mendapatkan pesanan dari konsumen totalnya 4 Ton Gula, Kondisinya si Tini hanya punya 3 ton, 1 Ton on hand, di tokonya si Tini siap dijual, 2 Ton di Gudangnya si Tono. Karena bisa gak bisa gula harus diberikan ke konsumen makanya si Tini membeli lagi 1 ton dengan duit 1,5 juta atau gak si tini akan kehilangan kesempatan menjual 1 ton lebih dari rencana awal yang hanya 3 ton. nach biaya yang keluar akibat kekurangan stock sebesar 1,5 juta tersebut disebut dengan STOCKOUT COST. begitu ilustrasinya.
Dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya yang terjadi karena inventory adalah sebagai berikut:
1. Purchase Cost (P),
Yaitu biaya yang dikeluarkan sebesar harga beli per unit material jika
material dari outside supplier. Jika material dibuat oleh perusahaan itu
sendiri makan Purchase Cost merupakan biaya produksi per unit. Purchase
cost biasanya sudah termasuk biaya pengiriman atau freight cost.
2. Order Cost/Setup Cost(C),
merupakan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan proses penerbitan
Purchase Order atau biaya setup produksi. Untuk material yang dibeli
dari supplier luar, maka biaya ini meliputi biaya penerbitan PO, biaya
analisa supplier, biaya inspeksi, biaya penerimaan material dll.
Sedangkan jika material tersebut dibuat oleh perusahan itu sendiri makan
biaya yang termasuk dalam order cost adalah biaya pembuatan internal
work order, biaya setup produksi, biaya pengiriman dan biaya inspeksi
kualitas.
3. Holding Cost (H), merupakan
biaya yang dikeluarkan karena proses penyimpanan material dalam gudang
atau dalam tempat tertentu. Biaya ini sering juga disebut dengan
carrying cost. Investasi material yang disimpan dan biaya penyimpanan
dan perawatannya merupakan komponen holding cost.
4. Stockout Cost, Biaya
karena hilangnya kesempatan. Seperti ilustrasi di atas bahwa hilangnya
kesempatan merupakan sebuah biaya yang perlu diperhitungkan. Biaya
tersebut biasanya berupa biaya pemesanan ulang, backorder, biaya
kehilangan kesempatan penjualan dll.
Keempat komponen biaya diatas merupakan
komponen dasar inventory cost. Untuk mendapatkan tujuan dari pengaturan
inventory maka haruslah didapatkan jumlah material dengan kontrain
biaya-biaya di atas sehingga harganya minimal. Dari Komponen diatas
munculah sebuah sistem pemesanan EOQ atau EMQ dll.
Bagaimana dengan kebijakan inventory di
perusahaan anda? Apakah sudah memperhatikan biaya-biaya tersebut? Apakah
sudah sesuai dengan tujuan inventory management untuk meminimalkan cost
dengan mendaptkan material secara efektif dan efisien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar